Tentang Kami

Sejarah dan Penetapan Kawasan Konservasi

Kawasan Kayan Mentarang memulai perjalanannya sebagai cagar alam yang ditetapkan pada tahun 1980 oleh Pemerintah Republik Indonesia. Penetapan ini bertujuan melindungi ekosistem hutan hujan tropis yang menjadi habitat penting bagi keanekaragaman hayati. Kemudian pada tahun 1996 statusnya ditingkatkan menjadi Taman Nasional untuk menguatkan upaya pelestarian.

Balai Taman Nasional Kayan Mentarang resmi dibentuk pada tahun 2007 untuk mengelola kawasan konservasi yang sangat luas ini secara profesional. Pengelolaan ini mengacu pada standar kategori II IUCN yang berfokus pada perlindungan ekosistem serta rekreasi alam. Kami berkomitmen memastikan kawasan ini tetap lestari demi generasi mendatang di Indonesia.

Nilai yang Kami Pegang

Konservasi Berbasis Keterlibatan Masyarakat

Konservasi Berbasis Keterlibatan Masyarakat

Kami meyakini perlindungan kawasan akan berhasil optimal bila memberdayakan masyarakat adat lokal sebagai mitra utama kami.

Integritas dan Akuntabilitas Pengelolaan

Kami menjamin setiap keputusan konservasi dilaksanakan secara transparan dan bertanggung jawab sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengetahuan Ilmiah sebagai Dasar Kebijakan

Kami menggunakan data hasil riset terbaru serta survei lapangan yang akurat untuk merumuskan strategi pengelolaan kawasan konservasi.

Kolaborasi Transnasional dan Kemitraan Strategis

Kami secara aktif memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak di tingkat lokal, nasional, dan juga internasional untuk misi pelestarian.

Nilai Keanekaragaman Hayati dan Ekologi

Nilai Keanekaragaman Hayati dan Ekologi

TN Kayan Mentarang menyimpan hutan primer yang masih luas serta menjadi paru-paru dunia di Pulau Kalimantan yang sangat berharga. Wilayah ini melindungi berbagai spesies endemik dan langka seperti Kucing Merah Kalimantan serta Lutung Bangat yang hampir punah. Survei rutin memperlihatkan kekayaan flora termasuk jenis anggrek dan tumbuhan yang belum teridentifikasi secara menyeluruh.

Kawasan ini terletak di punggung Pegunungan Belayan-Kaba sehingga menciptakan berbagai tipe ekosistem yang unik. Mulai dari hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan tinggi ditemukan di sini, menunjukkan kompleksitas bentang alamnya. Keunikan ini menjadikan TNKM sebagai laboratorium alam penting untuk penelitian ekologi dan konservasi.


Kemitraan dan Peran Masyarakat Adat

Masyarakat adat Dayak, termasuk suku Kenyah, Punan, dan Lundayeh, telah hidup berdampingan dengan hutan Kayan Mentarang selama ratusan tahun. Mereka memiliki pengetahuan lokal mendalam serta hukum adat yang sangat efektif dalam menjaga kelestarian sumber daya alam. Kami menerapkan model pengelolaan kolaboratif yang mengintegrasikan kearifan lokal Dayak dalam program konservasi yang sedang berjalan.

Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA) berperan sebagai wadah yang menyuarakan aspirasi berbagai sub-suku Dayak di kawasan perbatasan. Kemitraan strategis ini membuktikan komitmen kami untuk mengakui hak-hak adat serta memberikan manfaat konservasi yang berkelanjutan kepada masyarakat. Kolaborasi ini menjadi kunci utama keberhasilan perlindungan kawasan konservasi terbesar di Kalimantan.


Posisi Strategis di Jantung Borneo (Heart of Borneo)

Taman Nasional Kayan Mentarang merupakan bagian sentral dari inisiatif pelestarian Heart of Borneo (HoB) yang sangat besar. HoB adalah program tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam untuk menjaga kelestarian hutan hujan tropis. Peran strategis TNKM sangat penting dalam menjaga fungsi hidrologi dan mitigasi perubahan iklim global.

Kami secara aktif berkolaborasi dengan lembaga konservasi internasional termasuk WWF untuk memperkuat pengelolaan di kawasan perbatasan. Upaya ini bertujuan memastikan perlindungan kawasan hutan transnasional dapat berjalan optimal serta sinergis antarnegara. Kami berharap TNKM terus menjadi benteng terakhir yang menjaga keanekaragaman hayati Borneo yang sangat istimewa.